Halaman


Jumat, 15 Juni 2012

MAKALAH INDIVIDU MATA KULIAH TEKNIK KOMUNIKASI (TKP158)


DAMPAK PERSAINGAN GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI KOTA SOLO



 BAB I
 PENDAHULUAN 

 1.1    Latar Belakang
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah hasil cipta , rasa , karsa dan karya yang didapat dari proses edukasi. Proses edukasi yang berarti membedakan kebudayaan dan yang bukan merupakan kebudayaan. Sedangkan menurut  Raymond Williams, kebudayaan merupakan istilah komplek dari  sejarah evolusi manusia dan konsep penting dari dunia intelektual. Hasil dari kebudayaan menurut Raymond Williams adalah sesuatu yang mempunyai sebuah nilai atau makna / kehalusan budi. 
Menurut Kluchohn, kebudayaan yaitu model pola hidup yang diciptakan masa tertentu dan dapat  membimbing perilaku manusia. Kebudayaan menurut Kluchohn yang mengartikan sebagai model pola hidup manusia, yaitu meliputi cara hidup, cara berfikir, merasa dan berkeyakinan, abstraksi tingkah laku, dan serangkaian orientasi hidup.
Kebudayaan menurut asalnya dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan barat dan kebudayaan timur. Menurut To The Ann , perbedaan dari dua kebudayaan tersebut dapat dilihat dari empat aspek yaitu sistem pengetahuan , ideal hidup , sikap pada alam , dan status personanya. Secara garis besar , kebudayaan barat lebih menonjolkan intelektual dan bersifat individu. Sedangkan kebudayaan timur lebih menonjolkan pada perasaan sesama manusia dan alam dan bersifat gotong royong atau kerja sama.
    Globalisasi adalah suatu proses dimana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Kebudayaan tradisional dianggap sebagai kebudayaan kuno di Indonesia sedangkan kebudayaan modern dianggap seperti kebudayaan barat. Dapat dilihat dari perencanaan tata ruang di Indonesia yang sekarang ini berpedoman dengan konsep tata ruang budaya barat , sehingga kadang kala meninggalkan budaya tradisional atau sejarah kuno yang juga memiliki nilai dan makna. Dalam makalah ini akan dibahas salah satu contoh cara model hidup di Indonesia yang lama-kelamaan meniru model hidup kebudayaan barat yang dianggap adalah kebudayaan modern karena pengaruh globalisasi.

1.2  Rumusan Masalah
Persoalan kebudayaan yang akan dibahas dalam makalah ini mengambil salah satu contoh persoalan budaya di Kota solo yang berpedoman sebagai Kota budaya , tetapi lambat laun menjadi Kota metropolitan dan bergaya hidup atau bermodel hidup modern akibat globalisasi.

1.3    Tujuan
Dengan adanya penyusunan makalah ini dapat diangkat dan dikaji salah satu kasus dampaknya globalisasi terhadap kebudayaan dalam perencanaan tata ruang. Hasil pembahasan dan kesimpulan dari persoalan tersebut diharapkan dapat memberi informasi lebih mengenai permasalahan-permasalahan kebudayaan karena globalisasi dalam perencanaan tata ruang disekitar masyarakat, sehingga masalah-masalah budaya akibat globalisasi dapat dipelajari dan kemudian dikaji solusinya. Selain itu juga dengan mempelajari masalah budaya, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam perencanaan tata ruang dengan nilai budaya yang akan mendukung keseimbangan produk tata ruang tersebut.

BAB II
PERMASALAHAN

Masalah budaya yang diakibatkan oleh globalisasi sudah tidak asing lagi dibahas dan dibicarakan dikalangan umum atau masyarakat. Kebudayaan barat yang dianggap sebagai contoh kebudayaan modern sudah banyak melekat di dalam diri masyarakat Indonesia. Bergaya hidup atau bermodel hidup seperti orang-orang barat dianggap sudah menerapkan suatu budaya modern. Dalam makalah ini diambil salah satu contoh produk penataan ruang dengan masalah budaya. Melalui observasi langsung dapat diketahui dalam penataan ruang di Kota Solo masalah-masalah mengenai kebudayan akibat globalisasi belum terselesaikan.
Dalam perencanaan tata ruang , permasalahan budaya akibat globalisasi dapat dilihat dari segi bentuk dan model bangunan-bangunan atau gedung-gedung. Di Kota Solo sendiri terlihat jelas perbedaannya di tahun sekarang dengan 3 atau 4 tahun yang lalu. Semakin banyaknya bangunan-bangunan pencakar langit yang sebelumnya tidak ada , menjadi tolak ukur perubahan budaya Kota solo yang semakin mengikuti atau mengejar sebutan “Kota metropolitan”. Contohnya di jalan arteri yaitu Slamet Riyadi , terdapat bangunan seperti hotel berbintang lima dan departement store (Solo Grand Mall dan Solo Square). Di jalan Yosodipuro telah dibangun hotel , apartemen, sekaligus departement store. Berbagai supermarket besar juga sudah ada di Kota Solo.
Banyaknya departement store dan supermarket yang ada di Kota Solo menjadikan pasar-pasar tradisional seperti dilupakan oleh masyarakat. Model gaya hidup modern yang sudah melekat di masyarakat menjadikan mereka lebih senang atau lebih suka untuk berjual beli di departement store atau supermarket, sehingga secara tidak langsung sudah melupakan pasar tradisional yang lebih dulu ada. 

BAB III
PEMBAHASAN

Menurut Kluchohn, kebudayaan yaitu model pola hidup yang diciptakan masa tertentu dan dapat  membimbing perilaku manusia. Kebudayaan menurut Kluchohn yang mengartikan sebagai model pola hidup manusia, yaitu meliputi cara hidup, cara berfikir, merasa dan berkeyakinan, abstraksi tingkah laku, dan serangkaian orientasi hidup.
Kebudayaan menurut asalnya dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan barat dan kebudayaan timur. Menurut To The Ann , perbedaan dari dua kebudayaan tersebut dapat dilihat dari empat aspek yaitu sistem pengetahuan , ideal hidup , sikap pada alam , dan status personanya. Secara garis besar , kebudayaan barat lebih menonjolkan intelektual dan bersifat individu. Sedangkan kebudayaan timur lebih menonjolkan pada perasaan sesama manusia dan alam dan bersifat gotong royong atau kerja sama.
Berdasarkan dua teori di atas , dapat kita ketahui dampak atau pengaruh dari globalisasi telah menyebar di Kota Solo dan sekitarnya. Kebudayaan adalah model pola hidup , pola hidup yang dianggap maju atau modern dijadikan pedoman atau panutan tanpa melihat aspek-aspek lain yang juga penting untuk dipertimbangkan. Masyarakat Kota Solo sebagian besar telah meniru atau mencontoh gaya hidup kebudayaan barat yang dianggap modern atau yang disebut mode jaman sekarang. Dilihat dari keseharian mereka yang lebih suka melakukan jual beli di departement store daripada pasar tradisional. Peralihan atau perubahan gaya hidup tersebut diakibatkan oleh dampak atau pengaruh globalisasi.
Dari segi penataan ruang , bangunan-bangunan pencakar langit di Kota Solo dirasa mungkin cukup. Tak perlu ada lagi tambahan bangunan seperti itu lagi. Karena, bisa berakibat dari penilaian mengenai Solo adalah Kota budaya menjadi Solo Kota metropolitan. 
Seharusnya, sebutan atau julukan Solo Kota budaya teruslah dijaga bahkan dilestarikan. Seperti adanya perbaikan atau renovasi pasar-pasar tradisional yang keadaannya menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk mengunjungi pasar-pasar tersebut. Selain itu pemerintah Kota Solo sebaiknya meneliti mutu barang atau benda yang dijual di pasar tradisional , sehingga pengunjung pun tidak ragu-ragu untuk membeli ataupun hanya berkunjung di pasar tersebut. Kondisi dan mutu yang bagus adalah dua aspek yang dicari oleh masyarakat. Oleh karena itu , sebaiknya pemerintah Kota Solo segera menangani atau memperbarui semua itu terhadap pasar-pasar tradisional yang memang perlu dilestarikan.
Kemudian mengadakan acara atau moment Solo Batik Carnival yang setiap tahun digelar merupakan bentuk atau salah satu cara agar budaya yang terkenal di Kota Solo tidaklah dianggap hilang atau pudar. Kegiatan seperti Solo Batik Carnival itu perlu dilestarikan dan dikembangkan guna bersaing dengan pengaruh globalisasi yang  mulai berkembang di daerah Solo dan sekitarnya. Selain itu adanya SIPA (Solo International Performing Art) tiap tahunnya adalah bentuk atau produk dari Kota Solo untuk bersaing dalam dunia globalisasi.

Gambar 3.1
Solo Batik Carnival

Gambar 3.2
Poster SIPA ( Solo International Performing Art ) 2010
 

Selain Solo Batik Carnival dan SIPA, ada cara lain pula yang mungkin dapat menjaga kelestarian budaya di Kota Solo. Seperti , menjaga dan merawat bangunan-bangunan kuno dan bisa dijadikan obyek wisata. Dengan demikian , Kota Solo dapat bersaing dengan dunia luar atau bisa disebut Kota Solo siap menghadapi akan pengaruh dan dampak globalisasi.
Dari segi transportasi , Batik Solo Trans merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya Kota Solo juga. Dengan desaign dan namanya yang mengangkat tema batik menjadikan budaya Kota Solo pun selalu diingat. Akan tetapi bukan itu saja yang perlu diperhatikan, fasilitas-fasilitas dan keamanan transportasi tersebut harus berkualitas.
Gambar 3.3
Bus Batik Solo Trans

Mungkin sudah cukup banyak gedung-gedung mewah yang ada di Kota Solo. Lebih baik itu saja , tak perlu ada tambahan proyek lain. Jikapun ada , lebih baik mencanangkan proyek perbaikan daripada penambahan. Perbaikan fasilitas umum yang lebih berkualitas. Hotel , apartement , dan departement store Solo Paragon adalah bangunan baru di Kota Solo. Selain itu terdapat bangunan hotel mewah berbintang lima di Jalan Slamet Riyadi.
Gambar 3.4
SOLO PARAGON di Jalan Yosodipuro

Gambar 3.4
Hotel Berbintang Lima di Jalan Slamet Riyadi
Sumber :http:// skyscrapercity.com


BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Dampak atau pengaruh globalisasi di Kota Solo diimbangi dengan rasa cinta akan budaya sendiri dari masyarakatnya. Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang bertujuan melestarikan budayanya, Kota Solo dikatakan dapat beradaptasi terhadap pengaruh globalisasi. Perbaikan fasilitas-fasilitas umun dan pemberhentian proyek yang mungkin bisa melunturkan budaya , perlu diperhatikan dan dilakukan oleh pemerintah Kota Solo. Begitu pula dengan antusias masyarakat di Kota Solo itu sendiri dalam ikut serta melestarikan budayanya.

4.2    Saran
Globalisasi merupakan sebuah proses atau persaingan dunia yang perlu dihadapi dengan matang dan tegas. Di mulai dari setiap Kota di seluruh dunia, termasuk Kota Solo. Untuk memerangi globalisasi tidak diharuskan dengan menciptakan sebuah Kota yang modern dan bergaya barat , tetapi dengan melestarikan budaya yang telah ada adalah sebuah wujud pertahanan dalam persaingan global. Kota yang terkenal akan keunikannya , akan menarik seluruh perhatian dunia.
  
DAFTAR PUSTAKA

http://duniabaca.com. 2011. “Definisi Globalisasi.” Diunduh pada 28
Desember 2011.

Warsito, Joko. 2011. Materi Kuliah ISBD. Semarang : Universitas
Diponegoro.

download PPT makalah Dampak Persaingan Globalisasi terhadap Kebudayaan Tradisional di Kota Solo, merupakan presentasi individu mata kuliah teknik komunikasi (TKP 158) :

https://rapidshare.com/files/2195851090/NISAKHAIRA_21040111130059_DAMPAK_PERSAINGAN_GLOBALISASI_TERHADAP_KEBUDAYAAN_TRADISIONAL_DI_KOTA.pptx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar